Hingga saat aku menulis ini masih terlihat jelas
wajah suamiku yang mengantar kepergianku kala itu, 10 October 2011 waktu
Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Malam itu menunjukkan pukul 10 malam saat aku
dan ketiga orang terkasihku menginjakkan kaki di SOETA. Ya.. ada kakak lelaki
pertamaku yang rela mengantarku langsung dari tempat ia bekerja serta kakak
iparku yang dengan segala upayanya mencoba mengantarku sampai di bandara tepat
waktu walau dengan ketidaktauannya tentang Jakarta. Mereka sangat berarti
bagiku, sangat. Terlebih suamiku tercinta, yang rela menemaniku dari Jogja
hingga memastikanku benar2 masuk ke ruang check in international bandara SoeTa.
Sungguh hari yang sangat berat bagiku.
Berat bagi seorang istri yang baru saja ingin
mengabdi kepada suami tercintanya tetapi harus dengan ikhlas merelakan waktunya
untuk berpisah sementara demi kehidupan yang lebih baik, insyaAllah. Begitu
juga dengan suami yang baru saja ingin menjadi kepala keluarga dan pendamping
terbaik untuk istrinya yang harus merelakan istrinya pergi sementara demi
menuntut ilmu. MasyaAllah..tiada terkira nikmat Allah yang telah kuterima saat
ini. Suami yang sangat baik insyaAllah dan jalan hidup yang sungguh indah.. J insyaAllah.
Sayang sekali tak sempat kugunakan kamera
pocketku untuk sekedar mengambil gambar wajah suamiku kala itu, tapi
aku yakin tanpa gambar dari kamera pocket yang ia bawakan untukku, wajahnya
akan selalu ada di hatiku, walau jauh.
Satu lagi, tak akan pernah aku lupakan
keberadaan sahabat – sahabat terbaikku malam itu. Entah apa yang harus aku
lakukan untuk membalas kebaikan mereka. Ketiga sahabat yang rela meluangkan
waktunya jauh-jauh datang ke bandara demiku..demi mengantar keberangkatanku.
Terima kasih sahabatku, Titis; Husni dan istrinya Delta. Tak segan rasanya aku
memeluk mereka bertiga satu persatu, tak kupedulikan apa pendapat orang-orang
disekelilingku saat itu melihat apa yang kulakukan. Yang kuingin hanya satu,
mengatakan pada mereka bahwa aku sangat menghargai kedatangan mereka saat itu,
dan aku sangat berterima kasih sekali. Sungguh, itu hal yang sangat
menakjubkan.
Tepat pukul 00.40 aku sudah berada di dalam
pesawat yang akan membawaku terbang ke Negara singa, Braunschweig, Jerman. Aku
bersama kedua kawan seperjuanganku dengan perasaan yang entah apa mencoba kembali menatap masa depan kami. Kami harus yakin, bahwa ini
adalah jalan terbaik untuk kami, dan kami harus yakin bahwa ini adalah mimpi
kami.
Ya inilah mereka, kawan-kawan seperjuangaku yang
menemaniku menuntut ilmu di negeri orang. Juwita yang memakai jilbab biru dan
Kiki dengan jilbab warna merah mudanya. Sebenarnya ada satu lagi kawan kami
yang harusnya berangkat bersama kami, tapi karena ada beberapa masalah
birokrasi dengan terpaksa kami harus meninggalkan dia untuk berangkat terlebih
dahulu.
11 October 2011 jam 2.oo waktu jam tanganku. Entah sampai mana kami waktu itu, yang jelas route keberangkatan kami adalah Jakarta – Dubai – Hamburg. Dan selama dalam pesawat itu, yang kami lakukan hanya makan, tidur, nonton tv dan tidur lagi. Bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang di dalam pesawat selama 18 jam.. tak ada yang bisa kami lakukan selain 3 hal itu.
Dubai, dan waktu menunjukkan
jam 7 pagi waktu dubai. Sedangkan penerbangan kami selanjutnya ke kota Hamburg
akan dimulai pada pukul 9 pagi. Ada perbedaan 6 jam dengan Jakarta. Dan bisa
dibayangkan kami tak bisa merasakan lagi, apakah kami harus tidur saat itu atau
memang harus tetap bangun. Yang jelas aku sendiri buta waktu. Bandara Dubai
salah satu bandara terbesar yang pernah aku datangi saat itu. Kami harus
menggunakan bus setelah turun dari pesawat untuk masuk ke ruang transit, dan
satu lagi yang mungkin akan selalu aku ingat. Di bandara ini, pengamanannya
luar biasa ketatnya. Kami diharuskan melepas semua bahan yang mengandung logam
yang ada di tubuh kami. Tak peduli entah itu sepatu, jam tangan, cincin,
gelang, ikat pinggang atau apapun. Di bandara ini pula kami bertemu saudara
dari Indonesia, kebetulan beliau adalah salah satu ajudan atau apapun
sebutannya dari Bapak B.J. Habibie. Dan beliau kebetulan juga menuju ke arah
Hamburg. Beliau memperkenalkan diri dengan nama Pak Bambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar