my new world...

Hanya sebuah catatan kecil...

Kamis, 10 November 2011

Willkommen in Braunschweig!!!



Hingga saat aku menulis ini masih terlihat jelas wajah suamiku yang mengantar kepergianku kala itu, 10 October 2011 waktu Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Malam itu menunjukkan pukul 10 malam saat aku dan ketiga orang terkasihku menginjakkan kaki di SOETA. Ya.. ada kakak lelaki pertamaku yang rela mengantarku langsung dari tempat ia bekerja serta kakak iparku yang dengan segala upayanya mencoba mengantarku sampai di bandara tepat waktu walau dengan ketidaktauannya tentang Jakarta. Mereka sangat berarti bagiku, sangat. Terlebih suamiku tercinta, yang rela menemaniku dari Jogja hingga memastikanku benar2 masuk ke ruang check in international bandara SoeTa. Sungguh hari yang sangat berat bagiku.

Berat bagi seorang istri yang baru saja ingin mengabdi kepada suami tercintanya tetapi harus dengan ikhlas merelakan waktunya untuk berpisah sementara demi kehidupan yang lebih baik, insyaAllah. Begitu juga dengan suami yang baru saja ingin menjadi kepala keluarga dan pendamping terbaik untuk istrinya yang harus merelakan istrinya pergi sementara demi menuntut ilmu. MasyaAllah..tiada terkira nikmat Allah yang telah kuterima saat ini. Suami yang sangat baik insyaAllah dan jalan hidup yang sungguh indah.. J insyaAllah.

Sayang sekali tak sempat kugunakan kamera pocketku untuk sekedar mengambil gambar wajah suamiku kala itu, tapi aku yakin tanpa gambar dari kamera pocket yang ia bawakan untukku, wajahnya akan selalu ada di hatiku, walau jauh.

Satu lagi, tak akan pernah aku lupakan keberadaan sahabat – sahabat terbaikku malam itu. Entah apa yang harus aku lakukan untuk membalas kebaikan mereka. Ketiga sahabat yang rela meluangkan waktunya jauh-jauh datang ke bandara demiku..demi mengantar keberangkatanku. Terima kasih sahabatku, Titis; Husni dan istrinya Delta. Tak segan rasanya aku memeluk mereka bertiga satu persatu, tak kupedulikan apa pendapat orang-orang disekelilingku saat itu melihat apa yang kulakukan. Yang kuingin hanya satu, mengatakan pada mereka bahwa aku sangat menghargai kedatangan mereka saat itu, dan aku sangat berterima kasih sekali. Sungguh, itu hal yang sangat menakjubkan.

Tepat pukul 00.40 aku sudah berada di dalam pesawat yang akan membawaku terbang ke Negara singa, Braunschweig, Jerman. Aku bersama kedua kawan seperjuanganku dengan perasaan yang entah apa mencoba kembali menatap masa depan kami. Kami harus yakin, bahwa ini adalah jalan terbaik untuk kami, dan kami harus yakin bahwa ini adalah mimpi kami.

Ya inilah mereka, kawan-kawan seperjuangaku yang menemaniku menuntut ilmu di negeri orang. Juwita yang memakai jilbab biru dan Kiki dengan jilbab warna merah mudanya. Sebenarnya ada satu lagi kawan kami yang harusnya berangkat bersama kami, tapi karena ada beberapa masalah birokrasi dengan terpaksa kami harus meninggalkan dia untuk berangkat terlebih dahulu.
   

11 October 2011 jam 2.oo waktu jam tanganku. Entah sampai mana kami waktu itu, yang jelas route keberangkatan kami adalah Jakarta – Dubai – Hamburg. Dan selama dalam pesawat itu, yang kami lakukan hanya makan, tidur, nonton tv dan tidur lagi. Bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang di dalam pesawat selama 18 jam.. tak ada yang bisa kami lakukan selain 3 hal itu. 




Dubai, dan waktu menunjukkan jam 7 pagi waktu dubai. Sedangkan penerbangan kami selanjutnya ke kota Hamburg akan dimulai pada pukul 9 pagi. Ada perbedaan 6 jam dengan Jakarta. Dan bisa dibayangkan kami tak bisa merasakan lagi, apakah kami harus tidur saat itu atau memang harus tetap bangun. Yang jelas aku sendiri buta waktu. Bandara Dubai salah satu bandara terbesar yang pernah aku datangi saat itu. Kami harus menggunakan bus setelah turun dari pesawat untuk masuk ke ruang transit, dan satu lagi yang mungkin akan selalu aku ingat. Di bandara ini, pengamanannya luar biasa ketatnya. Kami diharuskan melepas semua bahan yang mengandung logam yang ada di tubuh kami. Tak peduli entah itu sepatu, jam tangan, cincin, gelang, ikat pinggang atau apapun. Di bandara ini pula kami bertemu saudara dari Indonesia, kebetulan beliau adalah salah satu ajudan atau apapun sebutannya dari Bapak B.J. Habibie. Dan beliau kebetulan juga menuju ke arah Hamburg. Beliau memperkenalkan diri dengan nama Pak Bambang.


Sangat terasa berbeda saat kami menemukan orang Indonesia di negeri orang. Berasa bahwa kami bertemu saudara, yang tentu saja bisa paham bahasa kami, bisa kami ajak berbincang sekedar membuang waktu menunggu waktu boarding selanjutnya dan sekedar melepas penat setelah kami mulai melihat banyak sekali orang asing di sekitar kami. Bapak satu ini berasal dari Madiun, tak jauh dari Jogjakarta. Dan rencananya akan tinggal sementara menemani Bapak B.J. Habibie hingga bulan Desember nanti. Semoga kami bisa bertemu dengan beliau kembali, suatu saat. 

Tidak ada komentar: